Upacara Adat Etu di Flores


Upacara Adat di flores

Hasil gambar untuk logo gunadarma 

Disusun oleh :
Nama : Silvia Anggraeni
NPM : 17519072


JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA







KATA PENGANTAR

Segala fuji bagi allah yang telah memberikan kenikmatan dan karunianya sehingga saya masih bisa menulis tugas makalah tentang upacara adat disuatu daerah.
Dalam pembuatan makalah ini, saya mendapatkan materi dari beberapa pihak sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan ini. Dengan ini saya ingin mengucapkan rasa terimakasih banyak yang sebesar – besarnya.
Semoga tulisan ini dapat membantu menambah pengetahuan pembaca dan terutama penulisnya tentang upacara adat yang dilakukan diflores. Saya sadar bahwa dalam penulisan ini banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Dengan itu saya ingin meminta maaf dan meminta masukan dari pembaca agar saya dapat menulis dengan lebih teliti dan benar lagi dimasa yang akan mendatang.



Depok,22 oktober 2019


penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................
DAFTAR ISI...........................................................................

BAB 1  PENDAHULUAN......................................................
        A.   Latar Belakang Masalah.................................................
        B.   Rumusan Masalah..........................................................
        C.   Tujuan Penulisan............................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................
        A.   Pengertian Upacara Adat Etu, Flores.............................
        B.   Proses Upacara Adat Etu...............................................
        C.   Makna Upacara Etu........................................................

DAFTAR FUSTAKA..............................................................





BAB 1

PENDAHULUAN

A.               LATAR BELAKANG MASALAH

Kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasil berpikir, rasa dan karsa manusia. Lingkupnya mencakup banyak aspek kehidupan seperti hukum, keyakinan, seni, adat atau kebiasaan. Kebudayaan juga dapat menambah pengetahuan, gagasan atau ide seseorang.
Keragaman adalah kenyataan hidup yang dikehendaki allah. Keragaman itu berupa budaya, bahasa, agama, ataupun kebiasaan yang dimiliki setiap manusia yang mengharuskan kita saling menghargai dan menghormati
Adat istiadat adalah kebiasaan yang terus dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, adat istiadat juga termasuk kedalam jatidiri suatu masyarakat atau daerah.
Dan upacara adat sendiri adalah termasuk kedalam adat istiadat dan kebudayaan yang dilakukan untuk merayakan pernikahan, memperingati kenatian seseorang atau untuk merayakan sesuatu yang dianggap penting oleh suatu daerah.
Dan upacara adat etu yang dilakukan oleh oarang – orang yang tinggal diflores adalah upacara yang digunakan untuk memperlihatkan kekuatan dari pria dewasa dan untuk menghormati ibu pertiwi.

B.               RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu upacara adat etu?
2.      Bagaiamana proses dari upacara etu itu?
3.      Apa makna dari upacara etu itu?

C.               TUJUAN PENULISAN
1.      Memberitahukan dan menjelaskan apa itu upacara adat etu.
2.      Memberitahukan bagaimana proses dari upacara adat etu.
3.      Memberitahukan makna dari upacara etu.



BAB II
PEMBAHASAN

A.               PENGERTIAN UPACARA ETU


Hasil gambar untuk upacara adat etu flores

 Upacara adat etu adalah upacara yang berasal dari daerah flores. Etu adalah kesenian  tradisional memperlihatkan kekuatan dari pria dewasa diwilayah persekutuan adat negekeo dan sekitarnya. Permainan adu kekuatan ini bukan hanya sebagai pentas kesenian saja tetapi juga merupakan ritual adat yang dilakukan untuk melengkapi siklus kehidupan masyarakat adat nagekeo.
Menurut salah satu pemuka adat nagekeo dikampung boewae, cyrilus bau engo, etu telah dipentaskan sejak puluhan tahun silam secara turun tenurun. Namun, tidak ada satu sumber pun yang menyebutkan secara pasti sejak kapan etu mulai dipentaskan. Diperkirakan, kegiatan ini mulai dipentaskan sejak masyarakat persekutuan adat tidak lagi terlibat dalam perang antar suku (papa wika). Ada versi yang menerangkan bahwa kegiatan ini dibuat sebagai salah satu persembahan darah kepada bumi (ibu pertiwi), sehingga bukan hal yang baru jika ada petinju yang keluar dari area dengan wajah lebam berdarah – darah. Diyakini oleh mereka, luka yang diderita akan segera sembuh jika sisentuh oleh tabib kampung.

B.               PROSES UPACARA ETU

Etu biasa dipentaskan pada musim kemarau, atau pada masa senggang sesudah panen. Selama masa itu, etu dipentaskan pada beberapa kampung yang memiliki adat tinju yang dipegang salah satu suku mendiami kampung tersebut dan biasa disebut “moi buku ‘etu” (pemegang adat tinju). Giliran adat kampung ditentukan waktunya sesuai perhitungan yang mendasarkan pada peredaran bulan sehingga etu selalu dipentaskan pada saat bulan purnama.

                  http://awalnya.blogspot.co.id/2011/12/ritual-adu-fisik-ala-nagekeo.html
             
Para petarung akan memasuki arena ditengah kampung yang disebut “kisa nata”. Arena ini dibatasi oleh pagar dari tonggak kayu yang dirangkaikan dengan tali sehingga menjadi semacam ring tinju berlantai tanah yang dalam bahasa adat di sebut “mada”. Mada membujur sesuai dengan tata letak kampung adat. Penonton yang menyaksikan etu berdiri diluar mada. Dan dalam pementasan etu ini perumpuan tidak boleh ikut berpartisipasi karna dianggap sebagai hal yang “pamali” bagi si petarung pria itu.

http://awalnya.blogspot.co.id/2011/12/ritual-adu-fisik-ala-nagekeo.html

Sebelum etu ini digelar secara resmi, akan ada etu pemulaan terlebih dahalu ketika bulan dalam keadaan terang, dan sebagai pemberitahuan akan ada pementasan etu dikampung itu. Selanjutnya, malam menjelang etu dipentaskan, seluruh masyarakat melakukan tarian dan nyanyian. Rangkaian kegiatan ini adalah ungkapan yang menggambarkan tentang budidaya tanam padi sejak kerinduan menantikan kedatangan hujan sampai saat panen. Menariknya, dalam tradisi ini, kaum muda mudi dapat memanfaatannya sebagai ajang perkenalan. Sang pemudi akan melemparkan pantunnya, yang kemudian akan dibalas oleh sang pemudi,. Sepanjang malam, kaum tua dan muda akan larut dalam tarian dan  nyanyian.
Keteka pagi – pagi sekali, pemegang adat tinju dan seluruh anggota suku yang laki – laki pergi ke “loka – loka” yaitu tempat berkumpul untuk menyampaikan persembahan kepada tuhan dan para leluhur sambil memohon keselamatan bagi para petinju, agar petinju yang terluka segera sembuh. Susudah upacara dan persembuhan doa loka lanu mereka akan menuju kampung sambil menyanyi dan menari. Sampai dikampung akan melakukan semacam semoni pembukaan dengan pura – pura bertinju dengan seseorang sebagai tanda bahwa acara tinju dapat dimulai.
Penonton yang berdatangan kebanyakan dari mereka menggunakan sarung adat, sedangkan kaum lelaki menggunakan ikat kepala.

sumber : http://awalnya.blogspot.co.id/2011/12/ritual-adu-fisik-ala-nagekeo.htm  sumber : http://awalnya.blogspot.co.id/2011/12/ritual-adu-fisik-ala-nagekeo.htm

Selanjutkan petinjupun mulai dihadapkan oleh “moi seka”. Orang inilah yang kan bertindak sebagai wasit, sekaligus juri. Lalu petinju akan dipasangkan kain pengalas dada, ikat pinggang dari kain, dan ikat kepala. Yang terakhir adalah alat meninju lawan atau dalam bahasa setempat disebut “keppo”. Keppo adalah sarung tinju yang dibut dengan tali ijuk yang dipilin kecil – kecil, selanjutnya digumpalkan sesuai ukurang tangan si peninju. Permukaan keppo ini sangat kasar sehingga siapun yang terkena tonjonkan dengan sarung keppo ini langsung kan berdarah. 
Untuk memulai pertandingannya, yang pertama seorang petinju itu masuk dengan dikawal oleh “moi sike”. Pekerjaan dia adalah untuk menjaga sang petinju agar tidak jatuh dan dia juga bisa membantu sipeninju untuk menangkis pukulan yang diarahkan ke arah perut petinju.

sumber : http://awalnya.blogspot.co.id/2011/12/ritual-adu-fisik-ala-nagekeo.htm

Kedua, petinju mulau berjalan maju ketika wasit menepuk tangan, dan pertandinganpun dimulai.

                         sumber : http://awalnya.blogspot.co.id/2011/12/ritual-adu-fisik-ala-nagekeo.htm
 
Ketika sang petinju itu mulai istri rahat akan ada sebuah kesenian yang ditampilkan yaitu kesenian “melo etu”. Ini adalah kesenian rakyat yang terdiri dari tarian dan nyanyian yang diiringi tetabuhan dari sebatang bambu yang diletakan didepan sekelompok penyanyi lagu adat sambil memukul – mukuknya dengan batang kayu. Syair yang dinyanyikannyapun berisi kata-kata pujian dan nasihat bagi para petinju. Kesenian inipun terus dimainkan hingga pertandingan berakhir.

sumber : http://awalnya.blogspot.co.id/2011/12/ritual-adu-fisik-ala-nagekeo.htm

C.               MAKNA UPACARA ETU


Makna dari upacara etu adalah untuk memperlihatkan kekuatan pria – pria dewasa yang ada di wilayah persekutuan adat negekeo dan sekitarnya. Namun, bukan hanya untuk memperlihatkan kekuatan dari pria – pria dewasa saja tetapi juga merupakan ritual adat yang dilakukan untuk melengkapi siklus kehidupan masyarakat adat nagekeo.
Upacara adat etu juga dilakukan sebagai salah satu persembahan yang diberikan masyarakat negekeo berupa darah kepada bumi (ibu pertiwi).
Upacara etu juga digunakan untuk mengungkapkan gambar tentang budidaya tanam padi sejak kerinduan menantikan kedatangan hujan sampai saat panen.
Upacara adat etu juga digunakan untuk menarik perhatian anak muda yang berlawanan jenis untuk berkenalan. Mereka menggunakan pantun untuk saling berkenalannya.

Hasil gambar untuk upacara adat etu flores  Hasil gambar untuk upacara adat etu flores






DAFTAR PUSTAK


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karya Ilmiah Tentang Dampak Kebudayaan Asing Terhadap Kehidupan Manusia

Unsur/Senyawa Terbaru yang Bermanfaat Bagi Kehidupan Manusia

Tugas Matematika & Ilmu Alamiah Dasar - KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN